aadhy95
Sabtu, 11 Mei 2013
Facebook HTML
aadhy95: Facebook HTML: <html> <head> <title>andijumliadi </title> </head> <body bgcolor="#edeff6"> <table ali...
Kamis, 09 Mei 2013
makalah jangka sorong dan mikrometer sekrup
-->
Pengukuran merupakan suatu kegiatan membandingkan langsung dari benda yang diukur dengan beberapa skala yang asli. Untuk pengerjaan di bengkel yang pengukurannya dengan ketelitian yang rendah biasanya menggunakan pengukurun dengan penggaris besi, dan untuk pengerjaan dengan ketelitian yang lebih teliti lagi, itu bisa menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup. Ketika seeorang menggunakan penggaris besi dalam melakukan pengukurannya, mungkin tidak ada kesulitan karena memang itu hanyya mengunakan ketelitian rendah yaitu 1 mm. tetapi ketika seseorang menggunakan alat ukur dengan ketelitian yang lebih teliti lagi, terkadang mereka mengalami kesulitan – kesulitan dalam perhitungannya karena memang alat ukur tersebut menggunakan ketelitian yang lebih teliti yaitu mulai dari 0,1 mm hingga 0,01 mm, dan itu memerlukan pemanfaatan alau ukur jangka sorong dan micrometer sekrup.
Dengan demikian, artikel ini ditulis agar kita dapat memahami dan dapat memanfaatkan alat ukur denga ketelitian yng tinggi ini. Sehingga hasil benda yang dikerjakannyapun akan lebih berkualitas dan bernilai lebih.
Rumusan masalah dalam artikel ini adalah apa yang dimaksud dengan pengukuran?, serta apa manfaat dan bagaimana cara memanfaatkan alat ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup?
Dengan tujuan ditulisnya artikel ini adalah untuk memahami definisi mengenai pengukuran, serta bisa memahami dan dapat menggunakan alat ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup dengan baik untuk hasil yang lebih teliti lagi.
Manfaat yang dapat diambil dari artikel ini yaitu agar pembaca dapat sedikit terbantu dalam hal bagaimana pemanfaatan alat ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup dalam mengukur suaru benda kerja di bengkel. Sehingga menghasilkan benda kerja yang lebih baik dan dengan kualitas yang tentinya lebih tinggi pula.
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam artikel ini, adalah non penelitian dengan mengacu kepada buku –buku sumber sebagai sumber referensi.
Terdapat sebuah objek yang diukur, angka pada skala utama menunjukkan 8, sedangkan sedangkan skala noniusnya berimpit pada angka 30. maka hasil pengukuranya adalah:
(8 x 0,5 mm) +( 30 x nst (0.01) mm) = 4,30 mm
BAB 1
PENDAHULUAN
Pengukuran merupakan suatu kegiatan membandingkan langsung dari benda yang diukur dengan beberapa skala yang asli. Untuk pengerjaan di bengkel yang pengukurannya dengan ketelitian yang rendah biasanya menggunakan pengukurun dengan penggaris besi, dan untuk pengerjaan dengan ketelitian yang lebih teliti lagi, itu bisa menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup. Ketika seeorang menggunakan penggaris besi dalam melakukan pengukurannya, mungkin tidak ada kesulitan karena memang itu hanyya mengunakan ketelitian rendah yaitu 1 mm. tetapi ketika seseorang menggunakan alat ukur dengan ketelitian yang lebih teliti lagi, terkadang mereka mengalami kesulitan – kesulitan dalam perhitungannya karena memang alat ukur tersebut menggunakan ketelitian yang lebih teliti yaitu mulai dari 0,1 mm hingga 0,01 mm, dan itu memerlukan pemanfaatan alau ukur jangka sorong dan micrometer sekrup.
Dengan demikian, artikel ini ditulis agar kita dapat memahami dan dapat memanfaatkan alat ukur denga ketelitian yng tinggi ini. Sehingga hasil benda yang dikerjakannyapun akan lebih berkualitas dan bernilai lebih.
Rumusan masalah dalam artikel ini adalah apa yang dimaksud dengan pengukuran?, serta apa manfaat dan bagaimana cara memanfaatkan alat ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup?
Dengan tujuan ditulisnya artikel ini adalah untuk memahami definisi mengenai pengukuran, serta bisa memahami dan dapat menggunakan alat ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup dengan baik untuk hasil yang lebih teliti lagi.
Manfaat yang dapat diambil dari artikel ini yaitu agar pembaca dapat sedikit terbantu dalam hal bagaimana pemanfaatan alat ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup dalam mengukur suaru benda kerja di bengkel. Sehingga menghasilkan benda kerja yang lebih baik dan dengan kualitas yang tentinya lebih tinggi pula.
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam artikel ini, adalah non penelitian dengan mengacu kepada buku –buku sumber sebagai sumber referensi.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Jangka Sorong
Ø
Pengertian
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian skala, yaitu skala tetap (tidak dapat
digeser) dan skala nonius (dapat digeser). Pembacaan hasil pengukuran
sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian
keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog,
umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan
0.01 untuk yang diatas 30cm.
Pada nonius jangka sorong biasanya
didapatkan 49 bagian skala utama, 50 bagian skala nonius, atau 50 bagian skala
nonius 49 mm, sehingga jarak antara 2 skala nonius terdekat adalah 49/50 mm =
0,98 mm. nst nonius jangka sorong dapat dicari dengan rumus :
Nst nonius = selisih jarak antara dua
nst skala utama dengan jarak antara dua skala nonius.
Hasil pengukuran jangka sorong ( H )
adalah berdasarkan hasil bacaan skala utama + hasil baca skala nonius dengan
patokan angka nol ( 0 ) skala nonius (skala geser).
Bagian-bagian
jangka sorong
1. Gigi luar: berfungsi untuk mengukur dimensi luar (tebal, lebar atau Ø batang kayu)
2. Gigi dalam: untuk pengukuran bagian dalam (lebar lubang pen, Ø lubang bor, alur dll)
3. Pengukur kedalaman: Paling baik untuk pengukuran dalam lubang pen dan bor.
4. Ukuran utama (cm): skala utama yang digunakan untuk membaca hasil pengukuran.
5. Ukuran sekunder (inch): skala alternatif dalam satuan inch.
6. Patokan pembacaan skala utama (cm)
7. Patokan pembacaan skala sekunder (inch)
8. Untuk menghentikan atau melancarkan geseran pengukuran.
1. Gigi luar: berfungsi untuk mengukur dimensi luar (tebal, lebar atau Ø batang kayu)
2. Gigi dalam: untuk pengukuran bagian dalam (lebar lubang pen, Ø lubang bor, alur dll)
3. Pengukur kedalaman: Paling baik untuk pengukuran dalam lubang pen dan bor.
4. Ukuran utama (cm): skala utama yang digunakan untuk membaca hasil pengukuran.
5. Ukuran sekunder (inch): skala alternatif dalam satuan inch.
6. Patokan pembacaan skala utama (cm)
7. Patokan pembacaan skala sekunder (inch)
8. Untuk menghentikan atau melancarkan geseran pengukuran.
Ø
Jenis-jenisJangka Sorong
Jenis-jenis
jangka sorong adalah:
1.
Jangka sorong nonius ( Vernier Caliper )
Ada dua jenis utama dari jangka sorong
nonius. Jenis pertama hanya digunakan untuk mengukur dimensi luar dan dimensi
dalam sedangkan jenis kedua selalu untuk mengukur dimensi luar dan dimensi
dalam, juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian.
Pada jenis pertama, untuk pengukuran
dimensi dalam maka harga yang dibaca pada skala linier harus ditambah dengan
tebal dari ujumg kedua rahang ukur. Biasanya rahang ingsut/jangka sorong ini
mempunyai kapasitas ukur sampai 150 mm, sedangkan untuk jenis yang besar dapat
sampai 1000mm. kecermatan pembacaac tergantung dari skala noniusnya dalam hal
ini adalah 0,10 ; 0,50 atau 0,2 mm.
2.
Jangka sorong Jam (Dial Caliper)
Mistar ingsut / jangka sorong jam yang
memakai jam ukur sebagai ganti dari skala nonius. Gerak lurus dari sensor
diubah menjadi gerak berputar dari jam penunjuk dengan perantaraan roda gigi.
Pada poros jam ukur dan batang bergigi yang melekat di tengah-tengah sepanjang
batang ukur.
3.
Jangka sorong Ketinggian (Hight Gauge)
Suatu jenis jangka sorong yang
berfungsi sebagai pengukur ketinggian disebut jangka sorong ketinggian. Alat
ukur ini dilengkapi dengan rahang ukur yang bergerak vertical pada batang
berskala yang tegak lurus dengan landasannya. Skala utama pada batang ukur ada
yang dapat diatur ketinggiannya, dengan menggunakan penyetel yang terletak
dipuncaknya. Dengan demikian pembacaan ukuran dapat diatur mulai dengan bilangan
bulat.
Sebelum melakukan pengukuran, hendaknya
terlebih dahulu dilakukan pengecekan kondisi alat pengukuran, apakah masih
layak pakai atau tidak. Sebab pemakaian alat pengukuran yang sudah terrlalu
lama bisa mempengaruhi tingkat ketelitian alat tersebut terhadap hasill
pengukuran. Metode pengujian ini dinamakan dengan metode kalibrasi.
Kesalahan-kesalahan dari alat ukur biasanya terjadi pada penunjukan skala,
penunjukan awal posisi nol pada skala dan sebagainya. Pada jangka sorong
kesalahan yang terjadi biasanya pada saat awal sebelum pengukuran, yaitu ketika
rahang geser dan rahang tetap di tutup rapat. Posisi angka nol pada skala
nonius tidak tetap berada di posisi angka nol pada skala utama, kadang bisa
lebih atau kurang. Kelebihan atau kekurangan penunjukkan skala tersebut biasa
dinamakan dengan kesalahan nol (zero error).
Jika posisi nol pada skala nonius
berada di sebelah kanan posisis nol pada skala utama atau dinamakan juga kesalahan
nol positif, maka hal ini berarti bahwa hasil pengukuran lebih dari nilai
sebenarnya, sehingga untuk mendapatkan nilai yang sebanarnya digunakan formula
sebagai berikut :
Nilai sebenarnya = hasil pengukuran – kesalahan nol
Jika posisi nol pada skala nonius
berada di sebelah kiri posisi nol pada skala utama atau dinamakan juga kesalahan
nol negatif, maka hal ini berarti bahwa hasil pengukuran kurang dari nilai
sebenarnya sehingga untuk mendapatkan nilai sebenarnya sehingga untuk
mendapatkan nilai yang sebenarnya digunakan formasi sebagai berikut:
Nilai sebenarnya
= hasil pengukuran + kesalahan nol
Ø
Kegunaan jangka sorong
Kegunaan jangka sorong adalah:
1. untuk mengukur suatu benda dari sisi
luar dengan cara diapit
2. untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang
biasanya berupa lubang (pada pipa,
maupun lainnya) dengan cara diulur
untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
menancapkan / menusukkan bagian
pengukur.
Ø
Penggunaan Jangka Sorong
Adapun penggunaan jangka sorong, adalah sebagai berikut :
1.
Mengukur
Diameter Luar Benda
Cara mengukur
diameter, lebar atau ketebalan benda:
Putarlah pengunci ke kiri, buka rahang, masukkan benda ke rahang bawah
jangka sorong, geser rahang agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke
kanan.
2.
Mengukur
Diameter Dalam Benda
Cara mengukur
diameter bagian dalam sebuah pipa atau tabung :
Putarlah pengunci ke kiri, masukkan rahang atas ke dalam benda ,
geser agar
rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan.
3.
Mengukur
Kedalaman Benda
Cara mengukur
kedalaman benda :
Putarlah pengunci ke kiri, buka rahang sorong hingga ujung lancip menyentuh
dasar tabung, putar pengunci ke kanan.
B. Mikrometer Sekrup
Ø Pengertian
Micrometer sekrup adalah alat ukur panjang yang
mempunyai batas ukur maksimal 25 mm. Untuk mengukur benda-benda yang berukuran
pendek atau kecil seperti kawat, kertas, alumunium digunakan micrometer sekrup.
Mikrometer sekrup mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi yaitu 0,01 mm.
Micrometer sekrup mempunyai dua skala, yaitu skala utama dan skala nonius.
Skala nonius ditunjukkan oleh selubung yang menyerupai mur. Skala pada selubung
dibagi menjadi 50 bagian, satu bagian skala pada selubung mempunyai nilai 1/50
X 0,5 mm = 0,001 mm. skala utama micrometer terdapat pada batangnya. Satu
bagian pada skala utama nilainya 0,1 mm.
Bagian
utama micrometer adalah sebuah poros berulir yang terpasang pada sebuah
silinder pemutar yang disebut bidal (selubung luar). Jika selubung luar diputar
1 kali maka rahang geser dan juga selubung luar maju atau mundur 0,5 mm. Karena
selubung luar memiliki 50 skala, maka 1 skala pada selubung luar sama dengan
jarak maju atau mundur rahang geser sejauh 0,5 mm/50 = 0,01 mm. Mikrometer
memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong.
Ketelitiannya sampai 0,01 mm.
Hasil pengukuran dengan micrometer sekrup (H)
adalah (jumlah skala utama sampai
atas skala nonius x 0,5 mm) + (jumlah skala nonius sampai garis skala nonius
yang segaris dengan garis horizontal pada skalam tetap x 0,01 mm).
Mikrometer sekrup memiliki ketidakpastian
pengukuran sebesar setengah dari nilai skala terkecil (skala nonius). Skala
terkecil dari micrometer sekrup adalah 0,01 mm. dengan demikian ketidakpastian
micrometer sekrup bisa didapat dengan menggunakan rumus: ∆X = 1/2 x nst ( nilai
skala terkecil)
∆X = 1/2 x 0,01 mm = 0,05 mm.
Ø Jenis mikrometer sekrup
Mikrometer
memiliki 3 jenis umum pengelompokan yang didasarkan pada aplikasi berikut
1.
Mikrometer Luar
Alat ukur yang dapat mengukur dimensi luar dengan cara membaca
jarak antara dua muka ukur sejajar yang berhadapan, yaitu sebuah muka ukur
tetap yang terpasang pada satu sisi rangka berbentuk U, dan sebuah muka ukur
lainnya yang terletak pada ujung spindle yang dapat bergerak tegak lurus
terhadap muka ukur, dan dilengkapi dengan sleeve dan thimble yang mempunyai
graduasi yang sesuai dengan pergerakan spindle.
Mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang kawat, lapisan-lapisan,
blok-blok dan batang-batang.
2. Mikrometer dalam
Alat ukur yang dapat
mengukur dimensi dalam dengan cara membaca jarak antara dua muka ukur sferis
yang saling membelakangi, yaitu sebuah muka ukur tetap yang terpasang pada
batang utama dan sebuah muka ukur lainnya yang terletak pada ujung spindle yang
dapat bergerak searah dengan sumbunya, dan dilengkapi dengan sleeve dan thimble
yang mempunyai graduasi yang sesuai dengan pergerakan spindle..Mikrometer
sekrup dalam digunakan untuk mengukur garis tengah dari lubang suatu benda.
3.
Mikrometer kedalaman
Mikrometer
kedalaman digunakan untuk mengukur kerendahan dari langkah-langkah dan
slot-slot.
Skala pada mikrometer sekrup ada dua yaitu
;
1.
Skala
Utama (SU), yaitu skala pada pegangan
yang diam (tidak berputar) ditunjuk oleh bagian kiri pegangan putar dari
mikrometer sekrup.
2.
Skala
Nonius (SN), skala pada pegangan putar
yang membentuk garis lurus dengan garis mendatar skala diam dikalikan 0,01 mm.
Ø Fungsi mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup
biasa digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda. Misalnya tebal
kertas. Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup digunakan
untuk mengukur diameter kawat yang kecil.
Mikrometer memiliki ketelitian
sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong. Ketelitiannya sampai 0,01 mm.
Ø Cara menggunakan mikrometer sekrup
Untuk menggunakan
mikrometersekrupcdapat dilakukan dengan langkah berikut :
a). Putar bidal (pemutar) berlawanan
arah dengan arah jarum jam sehingga
ruang antara kedua rahang
cukup untuk ditempati benda yang akan diukur.
b). Letakkan benda di
antara kedua rahang.
c). Putar bidal
(pemutar) searah jam sehingga saat poros hampir menyentuh benda, pemutaran
dilakukan dengan menggunakan roda bergigi agar poros tidak menekan benda.
Dengan memutar roda berigi ini, putaran akan berhenti segera setelah poros
menyentuh benda. Jika sampai menyentuh benda yang diukur, pengukuran menjadi
tidak teliti.
d). Putar sekrup penggeser hingga
terdengar bunyi klik satu kali.
e). Baca hasil pengukuran pada skala
utama dan skala nonius dengan rumus :
H = (skala utama x
0,5 mm) + (skala nonius x 0,01 mm)
Beberapa hal yang diperlukan
sewaktu menggunakan mikrometer sekrup:
1. Permukaan benda ukur, mulut ukur dari mikrometer sekrup harus
dibersihkan dahulu adanya kotoran, terutama bekas proses pengukuran dapat
menyebabkan kesalahan ukur maupun merusak permukaan mulut ukur.
2. Sebelum dipakai kedudukan nol mikrometer sekrup harus diperiksa.
Kedudukan nol disetel dengan cara merapatkan mulut ukur dengan ketelitian
silindet tetap diputar dengan memakai kunci penyetel sampai garis referensi
dari skala tetap bertemu dengan garis nol dari skala putar.
3. Bukalah mulut ukur sampai sedikit melebihi dimensi objek ukur.
Apabila dimensi tersebut cukup satu bar maka poros ukur dapat digerakkan dengan
cepat dengan cara menyelindingkan silinder putat pada telapak tangan. Jangan
sekali-kali memutar rangkanya dengan memegang silinder putar seolah-olah
memegang mainan kanak-kanak.
4. Benda ukur dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer sekrup di
telapak tangan kanan, dan ditahan oleh kelingking, jari manis, serta jari
tengah. Telunjuk dan ibu jari dugunakan untuk memutar silinder pusat.
Pada waktu mengukur, maka penekanan poros ukur benda ukur tidak
boleh terlalu keras sehingga memungkinkan kesalahan ukur karena adanya
deformasi (perubahan bentuk) dari benda ukur maupun alat ukurnya sendiri.
Kecermatan pengukuran tergantung atas penggunaan tekanan pengukuran yang cukup
dan selalu tetap. Hal ini dapat dicapai dengan cara memutar silinder putar
melalui gigi gelincir atau tabung gelincir atau sewaktu poros ukur hampir
mencapai permukaan benda ukur.
Hasil pengukuran pada
skala utama dan skala nonius dapat ditentukan dengan rumus :
H
= (skala utama x 0,5 mm) + (skala nonius x 0,01 mm)
Misalkan
:Terdapat sebuah objek yang diukur, angka pada skala utama menunjukkan 8, sedangkan sedangkan skala noniusnya berimpit pada angka 30. maka hasil pengukuranya adalah:
(8 x 0,5 mm) +( 30 x nst (0.01) mm) = 4,30 mm
kata pengantar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam mempelajari mata pelajaran fisika khususnya yang membahas tentang materi JANGKA SORONG DAN MIKROMETER
SEKRUP.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Selayar 4 April 2013
Penulis
Penulis
Langganan:
Komentar (Atom)